Minggu, 15 Juli 2012

Tukang Tiket Makin Kepepet di Dubai



Pemerintah Dubai semakin lama semakin tidak bersahabat dengan tukang tiket, karena sekarang mereka sudah menyediakan lebih banyak mesin mesin yang menggantikan tugas  tukang tiket. kelebihan mesin tiket adalah  tidak perlu di kasih makan sekaligus enggak butuh di gaji  tiap bulan.

Emang pertama mahal bikin mesin kayak gituan tapi kesana sananya sang  mesin tiket telah membuat urusan menjadi lebih simpel. Masyarakat pun tidak lagi susah untuk mengisi ulang tiketnya, kapan pun mereka mau mereka bisa melakukan transaksi.

Era sekarang adalah era kemudahan, teknologi di rancang untuk memudahkan dan menyederhanakan segala aktivitas manusia. Pekerjaan pekerjaan yang dulunya di dominasi oleh manusia sekarang telah tergantikan dengan mesin. Tinggal menunggu waktu aja, jumlah pengangguran akan semakin besar.

Dengan mesin para pekerja pabrik akan semakim menyusut, dulu, sebelum kedatangan mesin, mungkin pengusaha butuh banyak pekerja namun dengan mesin tugas pekerja dapat tergantikan. Waktu masih kecil saya sekali kali melihat bapak tukang pos yang datang membawa surat. namun sekarang kemana bapak tukang pos? Tukang pos adalah salah satu korban keganasan teknologi.

Berapa korban lagi yang akan jatuh oleh keganasan teknologi? entahlah, yang jelas kalo anda sekarang enggak punya keahlian, enggak punya mental yang kuat, enggak punya pendidikan tinggi jangan harap dapat  berkompetisi di dunia kerja yang makin menyempit.
Karena saingan anda sekarang bukan hanya makhluk yang bernama manusia, mesin mesin pintar pun siap menelikung anda. Yang aman sebenarnya adalah jika anda punya keahlian keahlian yang mesin agak susah melakukannya. Misalnya anda ahli bikin cilok atau cireng hihihi.

Kembali ke nasib tukang tiket, kalo saya perhatikan paling enak memang jadi tukang tiket, mereka cuma duduk lalu orang orang pada datang mengerumuni, mirip miriplah dengan seleberitis, di mana orang mendatangi mereka tampa di paksa.

Tukang tiket juga berpotensi menjadi tukang gosip nomor wahid, karena waktu luang mereka banyak, bukankah pembeli tiket enggak datang setiap saat? di saat saat waktu luang itu mereka dapat bergosip ria atau kalo tukang tiketnya rada soleh mungkin dia akan membaca buku tapi kayaknya model kayak gini masih langka.

Bioskop, terminal, stasiun kereta api, stadiun bola, arena bermain anak, merupakan tempat tempat yang masih memerlukan tukang tiket. Di Dubai secara pelan tapi pasti setiap stasiun dan terminal telah di sediakan mesin tiket. Mungkin ke depannya jumlah mesin tersebut akan semakin banyak.

Bisa jadi juga nanti kedepannya mesin tersebut tidak hanya nongkrong di terminal tapi juga di bioskop, stadiun bola serta tempat arena bermain anak anak.  Sehingga besok besok kalo kita mau nonton bioskop kita hanya tinggal masukin uang lalu tiket pun akan keluar secara otomatis.

Etisalat( telkomnya Dubai) pun telah menyediakan mesin mesin yang berfungsi menerima pembayaran tagihan, saya dan teman teman  kalo mau bayar tagihan internet tidak perlu datang ke kantor Etisalat cukup masukin uang ke mesin, beres deh.

Keuntungan bertransaksi dengan mesin adalah kita tidak perlu melihat wajah para petugas yang kadang terus terang aja wajahnya  kagak enak untuk di pandang hihihi. Apalagi kalo mereka  sudah capek bin lelah alias tertekan.
Tapi ada juga yang cemas, bukankah ini semua akan membuat manusia mati rasa, masih mending mati rasa daripada mati area ”bawah”?

Salam kompasiana.
1337117097442846626
Mas rahmad mejeng di depan mesin tiket metro Dubai. Dok pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar