Gilang Emang Udah Dewasa

Saya tertarik dengan kritik seorang kompasianer tentang cara penulisan Gilang setelah kata nabi, di sana Gilang menulis nabi Saww, sedangkan Muslim Indonesia kebanyakan menulis nabi Muhammad SAW. Enggak ngaruhlah kan cuma beda satu hurup doang, emang beda satu hurup tapi ini dapat menjadi ciri dari sebuah aliran.

Bagi anda yang akrab dengan buku buku ahlul bait atau jika anda punya temen seorang ahlul bait maka penulisan ala Gilang itu bukanlah hal yang aneh, kebetulan saya punya seorang teman ahlul bait, dia adalah teman sekelas saya, sama sama belajar di jurusan PA( Perbandingan Agama) di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, bedanya dia kuliah sampai kelar hingga dapat gelar S.Ag( Sarjana agama) sedangkan saya cuma dapat gelar MA( Mahasiswa Abadi).

 Selain gelar MA saya juga punya gelar MBA( Masih Bikin Anak) rencananya saya mau punya anak 3 tapi kalo di beri lebih, Alhamdulillah.
Teman saya itu namanya Iwan, setelah masuk jamaah ahlul bait dia mengganti namanya menjadi Iwan Karbala, anda tahu Karbala itu di mana? Saat ini Karbala masuk kedalam wilayah Irak, karena itu enggak heran kalo mayoritas warga Irak adalah penganut Syiah.
Selain di Irak, Syiah juga ada di Libanon, anda pernah mendengar Hizbullah? mereka itu kelompok Syiah Tulen, kemudian komunitas Syiah juga dapat kita temukan di Yaman, Saudi, Pakistan, Suriah, dan paling banyak di Iran.

Iwan teman saya itu kalo mau sholat selalu bawa tanah Karbala, bentuknya mungil dan bulat seperti lingkaran, tanah kering ini akan di letakan di atas sajadah, mengapa Iwan akrab dengan saya? Itu semua gara gara sebuah poster.
Dinding kamar kost saya kondisinya enggak terlalu bagus, banyak dinding yang sudah mengelupas, kebetulan saya melihat penjual poster, langsung aja saya dekati, kemudian di antara poster poster itu ada sebuah poster dua kakek kakek berjenggot, berwibawa sekali kelihatannya.

Siapakah dua kakek kakek itu? Mereka adalah Imam Khomeini dan Murthado Muthahari, dua orang tokoh sentral dalan revolusi Islam di Iran. Jadilah akhirnya poster itu mejeng di kamar kosan saya. Ketika Iwan berkunjung ke kosan saya,  dia pun melihat poster  itu sejak itu kami  langsung klik. hihihi.
Terakhir, saya bertemu Iwan di FB, dia menawarkan rumah  kepada saya, ternyata gelar

Pengaruh Iran lumayan kuat di Uni Emirat Arab khususnya di Dubai. Dok pribadi

S.Ag nya tidak dia gunakan untuk bekerja di departemen agama atau setidak tidaknya jadi guru agama, dia lebih memilih untuk menjadi marketing di sebuah perusahaan perumahan. Kadang perjalanan hidup memang aneh ya?
Kembali ke Gilang, penulisan kata Saww setelah nabi yang di buat Gilang memang artinya lebih lengkap di bandingkan dengan penulisan SAW, kalo SAW adalah singkatan dari Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, artinya semoga sholawat dan salam tercurah kepadanya.

Sedangkan Saww adalah singkatan dari : Shallallahu ‘alaihi wa Alihi wa Sallam artinya semoga shalowat dan salam tercurah  kepadanya dan keluarganya. Kalo anda pernah  mengikuti ceramahnya orang orang ahlul bait maka sholawat seperti inilah yang mereka pake.

Apa arti dari semua ini? Ada beberapa kemungkinan, Sebagaimana kita ketahui, Gilang sendiri mengakui kalo dia banyak terinspirasi dari kang Jalal, beliau adalah ”Dedengkotnya” IJABI( Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) jadi enggak  heran kalo Gilang kemudian menuliskan kata Saww itu.
Setelah terinspirasi dari kang Jalal bisa jadi, Gilang kemudian masuk atau aktif di IJABI, inget saya cuma bilang bisa jadi, berarti bisa bener bisa salah. hihihi. Karena itu secara enggak sadar alias sudah jadi kebiasaan,  Gilang kemudian menulis tulisan Sholawat itu dengan Saww.

Mengapa saya menulis judul Gilang emang udah dewasa? Karena menurut saya, keputusan untuk masuk ke sebuah aliran keagamaan adalah sebuah keputusan yang hanya bisa di ambil oleh orang orang dewasa.

Oya, anda pasti penasaran mengapa saya suka menulis yang seperti ini? hihihi. Dulunya, saya bercita cita jadi dukun, karena saya suka menebak nebak  tapi kemudian saya tahu profesi dukun itu di larang oleh agama akhirnya  cita cita saya berubah, saya pun memilih untuk jadi agen rahasia. Ini semua gara gara film James Bond, saya fikir kayaknya asyik juga jadi Agen rahasia, sebab  itulah saya belajar banyak bahasa, sayangnya kapasitas otak saya kurang memadai akhirnya cuma bahasa Palembang yang bener bener saya kuasai. hihihi.

Selamat menikmati hidangan.