Apa yang anda lakukan jika menjadi pembicara pada sebuah forum yang di hadiri oleh orang asing yang tidak mengerti dengan bahasa yang akan anda sampaikan? Bisa jadi anda akan menggunakan bahasa pergaulan international yakni bahasa Inggris. Pertanyaan selanjutnya, Bagaimana kalo yang hadir tersebut ternyata lebih bangga dengan bahasanya sendiri di bandingkan dengan bahasa Inggris?
Hal inilah yang di temukan oleh ustad Yusuf mansyur ketika memberikan ceramah kepada komunitas masyarakat Indonesia di Dubai. Di antara para jamaah ternyata ada beberapa orang warga lokal Dubai, sehingga kami sebagai mayoritas jamaah harus rela mendengar sang ustad menyelipkan bahasa Arab di tengah tengah ceramahnya.
Selain bahasa Arab Ustad Yusuf juga menggunakan bahasa Inggris, uniknya tidak jarang terjadi ”gado gado” di mana bahasa Arab di campur ke dalam bahasa Inggris . Bagi yang mengerti kedua bahasa tersebut mungkin tidak jadi masalah tapi bagi yang hanya mengerti salah satunya saja hal ini tentu saja membuat kening berkerut.
Untunglah sebagai pembicara yang berpengalaman ustad Yusuf mampu memberikan penjelasan sesudah beliau menyebutkan kata ”gado gado” tersebut. Dengan demikian ceramah pada hari jum’at itu akhirnya menggunakan tiga bahasa. Pertama bahasa Indonesia kedua bahasa Inggris ketiga bahasa Arab. Kemampuan berbahasa asing menjadi syarat mutlak bagi seorang da’i yang hendak berdakwah ke luar negeri.
Pesantren sebagai ”pabriknya” Da’i harus membekali para santrinya dua bahasa Internasional tersebut. Mengingat saat ini area dakwah tidak hanya terbatas dalam skala lokal saja tapi sudah melebar ke skala global. Sebenarnya bukan hanya da’i saja yang perlu belajar bahasa asing kita-kita juga perlu belajar.
Menguasai bahasa asing minimal bahasa Inggris akan membuat hidup kita enggak bakalan susah bangetlah, misalnya kalo kita mentok di tanah air kita dapat mencari celah di luar negeri dengan menjadi TKI hihihi.
Kalo saya amati tenaga kerja kita enggak kalah kok sama tenaga kerja dari negara lain, Sayangnya tenaga kerja kita memang masih terkendala bahasa, sehingga kurang dapat bersaing di luar negeri. Kembali ke ustad Yusuf mansyur. Selama ini saya belum tahu kalo beliau menguasai bahasa Inggris kalo bahasa Arab saya yakin beliau pinter.
Setelah mendengar sendiri ceramah beliau saya jadi yakin kalo Ustad Yusuf ternyata tidak hanya jago memotivasi tetapi juga pandai berbahasa asing. Semoga beliau selalu sehat dan istiqomah di jalan dakwah.
Hal inilah yang di temukan oleh ustad Yusuf mansyur ketika memberikan ceramah kepada komunitas masyarakat Indonesia di Dubai. Di antara para jamaah ternyata ada beberapa orang warga lokal Dubai, sehingga kami sebagai mayoritas jamaah harus rela mendengar sang ustad menyelipkan bahasa Arab di tengah tengah ceramahnya.
Selain bahasa Arab Ustad Yusuf juga menggunakan bahasa Inggris, uniknya tidak jarang terjadi ”gado gado” di mana bahasa Arab di campur ke dalam bahasa Inggris . Bagi yang mengerti kedua bahasa tersebut mungkin tidak jadi masalah tapi bagi yang hanya mengerti salah satunya saja hal ini tentu saja membuat kening berkerut.
Untunglah sebagai pembicara yang berpengalaman ustad Yusuf mampu memberikan penjelasan sesudah beliau menyebutkan kata ”gado gado” tersebut. Dengan demikian ceramah pada hari jum’at itu akhirnya menggunakan tiga bahasa. Pertama bahasa Indonesia kedua bahasa Inggris ketiga bahasa Arab. Kemampuan berbahasa asing menjadi syarat mutlak bagi seorang da’i yang hendak berdakwah ke luar negeri.
Pesantren sebagai ”pabriknya” Da’i harus membekali para santrinya dua bahasa Internasional tersebut. Mengingat saat ini area dakwah tidak hanya terbatas dalam skala lokal saja tapi sudah melebar ke skala global. Sebenarnya bukan hanya da’i saja yang perlu belajar bahasa asing kita-kita juga perlu belajar.
Menguasai bahasa asing minimal bahasa Inggris akan membuat hidup kita enggak bakalan susah bangetlah, misalnya kalo kita mentok di tanah air kita dapat mencari celah di luar negeri dengan menjadi TKI hihihi.
Kalo saya amati tenaga kerja kita enggak kalah kok sama tenaga kerja dari negara lain, Sayangnya tenaga kerja kita memang masih terkendala bahasa, sehingga kurang dapat bersaing di luar negeri. Kembali ke ustad Yusuf mansyur. Selama ini saya belum tahu kalo beliau menguasai bahasa Inggris kalo bahasa Arab saya yakin beliau pinter.
Setelah mendengar sendiri ceramah beliau saya jadi yakin kalo Ustad Yusuf ternyata tidak hanya jago memotivasi tetapi juga pandai berbahasa asing. Semoga beliau selalu sehat dan istiqomah di jalan dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar