Senin, 16 Juli 2012

Berjumpa Dengan Pak Edsanto


Jum’at, ketika jam menunjukan pukul 9 pagi, tiba-tiba hp jadul saya berdering, ternyata pak Edsanto yang menelepon, beliau menanyakan jam berapa di mulai ibadah sholat jum’at? saya jawab, sekitar jam setengah satuan, ternyata jam pak edsanto masih ngikut waktu Qatar, ada perbedaan satu jam antara Dubai dan Qatar.

Sebelumnya pak Esanto menanyakan, tentang dua masjid yang cocok buat melaksanakan sholat jum’at, apakah masjid Jumeirah atau Grand masjid? ” masjid jumeirah lebih ok” itu kata saya, hihihi..setahu saya, imam masjid Jumeirah berasal dari Filipina, jadi khotbah jum’atnya tidak menggunakan bahasa Arab melainkan bahasa Inggris.

Menurut pak Esadnto, Qatar sudah menghentikan pengiriman imam( Mutawwa) dari Filipina, karena penampilan mereka tidak tampak seperti Mutawwa, mereka suka pake kaos dan celana jeans, jarang berjenggot lagi,  hihihi karena itu mereka para imam Filipina tidak lagi dapat beraktivitas di Qatar.

Kami memang bermaksud bertemu hari jum’at, ya, sekitar jam 4 sore, sebelumnya kami sudah menetukan tempat yang tepat untuk bertemu, yaitu di stasiun metro karama. Dubai mempunyai dua jalur metro, pertama jalur hijau kedua jalur merah. Kedua jalur ini akan selalu penuh dengan penumpang terutama pas hari jum’at karena hari jum’at adalah hari libur nasional.

Bahkan mas rahmad teman kerja saya, paling tidak suka jalan-jalan ke kota pas hari jum’at, ya, karena itu tadi, di mana-mana penuh sesak, enggak di metro enggak di mall, semuanya berjubel, repotnya mayoritas kerumunan itu orang India, dan mas rahmad paling enggak kuat dengan aroma mereka.

Jam 3.45 kami meluncur ke stasiun karama, belum ada tanda-tanda pak Edsanto, karena memang belum jam 4, saya sempat mengisi kartu isi ulang metro di mesin pengisian, karena saya termasuk jarang jalan-jalan jadi saya hanya mengisi seadanya saja. hihihi. maklum saya ini orang rumahan.

Saya pribadi belum pernah bertatap muka secara langsung dengan pak Edsanto, beliau saya kenal hanya melalui tulisan dan komentarnya di kompasiana. jadi dapat di tebak saya harus melototin setiap orang yang keluar masuk stasiun.  Siapa tahu nanti terlewat. hihihi.

Tidak lama kemudian seorang bapak-bapak setengah baya terlihat celingak-celinguk, dia meneteng sebuah kamera, penampilannya santai, em, otak saya langsung menghubungkan wajah bapak-bapak itu dengan foto profile beliau di kompasiana, cilakanya profile beliau sekarang adalah foto orang banyakan, tapi perasaan saya mengatakan kalo bapak itu adalah pak Edsanto. lansung saya melambaikan tangan ke arah beliau dan kita pun berpelukan, jadi, inget Teletubies.

Saya berangkat ke karama dengan mas rahmad, kebetulan dia  masuk pagi jadi sorenya dia bebas, langsung saya perkenalkan mas rahmad dengan pak Edsanto. Keluar dari stasiun metro kami berjalan kaki menuju ke rumahnya Bunda Khodijah tepatnya ke rumah majikannya.

Kebetulan sekali Bunda khodijah mengundang kami untuk  menghadiri syukuran, karena telah selamat menjalankan ibdah umroh di tanah suci, sambil berjalan kami ngobrol-ngobrol. Salah satu pertanyaan saya kepada pak Edsanto, adalah bagaimana pendapat beliau tentang Dubai?

” wow, mengesankan, Dubai bener-bener bagus, semua tertata rapi, Qatar tertinggal dalam hal ini.” ujar pak Edsanto,  padahal Qatar sedang ”gila-gilanya” lho, tapi pak Edsanto mengatakan hal itu dengan jujur dan terus terang, satu sikap yang nantinya saya ketahui memang telah menjadi ciri khas beliau.

Seperti pernyatan beliau tentang aturan-aturan berpakaian di Dubai, di mall-mall gede Dubai selalu ada himbauan kepada para pengunjung untuk berpakain yang sopan, ya, maksudnya menghormati budaya lokal, tapi himbauan hanya tinggal himbauan.

Masih menurut pak Edsanto, selama ngider di mall beliau melihat banyak bule yang berpakaian ”kurang bahan” alis mini semini-mininya” padahal kalo memang pemerintah Dubai tegas seharusnya mereka yang berpakaian kurang bahan itu dapat di tindak tapi kenyataannya mereka bebas-bebas aja.

Saya katakan  hal itu dapat terjadi karena Dubai memang sedang menggenjot industri pariwisatanya, karena itu pemerintah Dubai tampak kurang ”tegas” …

Tak lama kemudian kamipun sampai ke tempat tinggalnya bunda khodijah, sudah ada tamu di sana, mereka adalah mas Eko, pak Kholil( kuncen Dubai) dan seorang lagi, sayang saya lupa namaya karena memang baru pertama kali ketemu, yang saya masih ingat dia berasal dari makasar bekerja di al-barsha. Dubai.

Karena memang udah masuk waktu ashar kami segera melaksanakan sholat berjamaah, seusai sholat kita pun larut dalam obrolan-obrolan, karena yang berkumpul adalah para pekerja maka topik obrolan enggak jauh-jauh dari situasi kerja.

Sempat juga di bincangkan tentang bandara Soekarno-Hatta, kami sempat terkakak-kakak, ketika mendengar cerita pak Kuncen Dubai( pak  Kholil) beliau ini sudah 8 tahun mukim di Dubai, betah banget ya? hihihi.

Waktu itu beliau masih kerja di saudi, kebetulan ketika pulang ke tanah air, beliau membawa 4 buah kitab suci Al-Qur’an, beliau sudah tahu kalo petugas bandara sering kali melakukan hal-hal yang tidak mengenakan, karena itu untuk mengantisipasi semua itu beliau sudah punya rencana. Di saat bertemu petugas bandara yang terlihat mau macem-macem beliau langsung menyodorkan kitab suci seraya berkata.” saya yakin bapak beragama Islam, karena itu terimalah kitab suci ini,” hihihi.

Menurut pak Kholil, petugas yang menerima kitab suci tersebut tampak salah tingkah, dan efeknya beliau lewat dengan selamat tampa di macem-macemin..karena masih menurut pak Kholil, enggak mungkinlah petugas bandara berkata,” kok cuma Al-Qura’n pak?”  kalo memang petugas bandara berkata seperti itu beliau sudah menyiapkan ”Tausiah”…seperti ini ” Pak petugas, ini adalah hadiah yang terindah, dengan hadiah ini bapak dapat bahagia dunia dan akherat” .

Sayang yang biasa memimpin doa tidak dapat datang karena kurang enak badan, namanya mas Anshori, selama ini kalo ada acara syukuran beliaulah yang memimpin doa. Akhirnya terjadi tunjuk menunjuk, saya menujuk pak Edsanto dan pak kholil untuk menggantikan mas Anshori tapi keduanya malah menunjuk saya.

Dengan berat hati hihihi, akhirnya saya yang memimpin doa, kita membaca al-Fatiha, surat yasin dan di tutup dengan doa,  saya berdoa semoga yang hadir majelis itu di berikan kesabaran dan di limpahkan  rejeki yang halal, barokah dan melimpah. Aminnnn.

Selain bapak-bapak hadir pula mbak-mbak dan ibu-ibu sahabat dari mbak Khodijah. Doa selesai, di lanjut dengan acara makan-makan, Alhamdulillah, makanannya Indonesia banget. ada gado-gado,sayur urap,  tahu goreng, bakwan, cendol, teh sostro, lengkap sudah kebahagian kita. dapat  bersilaturahmi plus perbaikan gizi.

Tak terasa Adzan magrib pun datang, setelah sholat magrib berjamaah kami pun pamit dari kediaman mbak khodijah, pak Edsanto punya rencana untuk pergi Emirates mall, karena istri dan anak beliau sudah menanti di sana, saya dan mas rahmad mengantar beliau kembali ke Stasium metro.

oya, pak Edsanto sempat memberikan sebuah bungkusan kepada saya, ternyata isinya gelas dan gantungan kumci coy,  plus rendang padang, aduh jadi malu saya, karena enggak sempat ngasih kenang-kenangan kepada beliau…kesan saya, beliau adalah seorang yang tegas tapi di balik ketegasannya beliau juga seneng guyon.

yang saya masih inget dari omongan beliau,” para pekerja di luar negeri harus ”gila” Kalo enggak ”gila” maka dapat di pastikan orang  itu hanya kuat 3 bulan, sehabis itu pasti  merengek-rengek minta pulang” hihihi.

Sukron pak Edsanto, sudah berkenan bertemu dengan kita-kita di Dubai, semoga tali silaturahmi ini terus terjalin, berawal dari Kompasiana akhirnya dapat berjumpa di stasiun Metro karama....
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar