Tanggapan Buat Pak Johan

Ustad, mendengar kata ini kita langsung membayangkan sosok sosok yang suka berceramah, baik itu ceramah di masjid atau pun di media elektronik semisal radio dan televisi. Ada perbedaan antara kata ustad di kita dengan ustad di timur tengah. Di daerah gurun  sebutan  ustad biasanya di tempelkan pada sosok  dosen yang minimal gelarnya S3 ( Doktor) jadi enggak sembarangan orang bisa di panggil ustad.

menariknya, jika di Indonesia, guru ngaji alif ba ta saja dapat di panggil ustad, gpp lah namanya juga bahasa, dapat berkembang sesuai dengan keadaan, kadang bahasa juga  mirip karet gelang hihihi bisa di tarik bisa di ulur, layangan kalee….

Kembali ke pak Johan, beliau bercerita bahwa hari ini telah mendengarkan ceramah seorang ustad, menurut pak Johan, ceramah ustad tersebut ”aneh” untuk lebih lengkapnya saya kutipkan apa adanya, sesuai dengan tulisan pak johan,” beginilah ucapan sang ustad…Di kisahkan, Abdurahman bin Auf sedang menerima tamu dari kaum muhajirin atau kaum pendatang. Sebagai tuan rumah, Abdurahman bin auf mesti memberikan layanan yang baik kepada tamunya. Karena para tamunya belum memiliki rumah, Abdurahman memberikan separuh dari tanah yang di milikinya untuk di gunakan sebagai lokasi rumah para kaum muhajirin. Tentu saja kaum muhajirin menyambut gembira pemberian itu.Kebaikan Abdurahman bin Auf tidak hanya sebatas memberikan separuh tanahnya….

” Menurut kisah sang ustad, Abdurahman bin Auf juga memberikan istrinya kepada seorang muhajirin, setelah di ketahui bahwa salah satu kaum muhajirin itu belum memiliki istri, Abdurahman bin Auf menawarkan salah satu istrinya untuk di nikahi kaum muhajirin itu”.

Ngasoh dulu ya, ada  yang mengusik hati saya ketika membaca tulisan pak johan ini, pertama benarkah sang ustad    melakukan ” blunder” fatal seperti ini? karena  ustad itu sebenarnya  cukup menguasai materi keagamaan dan itu bukan kata saya tapi kata pak johan sendiri.

inilah kalimat pak Johan itu,” Sengaja pengurus masjid mendatangkan ustadz dari daerah lain, Tentu itu bertujuan agar jamaah tidak cepat bosan karena belum mengenal sebelumnya. Selain itu ustadz ini di pandang cukup menguasai materi keagamaan”.

Ustad yang di pandang cukup menguasai materi keagamaan tapi menceritakan sesuatu kisah yang terbolak balik?  Satu lagi, yang aneh, kisah tentang eratnya persaudaraan kaum muhajirin dan anshor ini sangat populer, bagaimana seorang ustad dapat keliru bercerita?

kekeliruannya banyak banget, misalnya tentang Abdurahman bin Auf yang menawarkan istrinya, padahal yang bener justru Abdurahman yang di tawari tapi beliau menolak tawaran itu. beliau hanya minta di tunjukan jalan ke pasar. satu lagi Abdurahman menawarkan rumahnya buat kaum muhajirin padahal Abdurahman sendiri adalah seorang muhajirin yang waktu itu baru sampai di  madinah.

Saya teringat kepada salah seorang ustad di Bandung, menurut beliau,  untuk melakukan kritik hadist ( berita )  paling tidak kita harus punya dua senjata, pertama logika kedua literatur. pak johan telah melakukan itu, cuma sayang beliau tidak punya literatur sehingga langsung saja ”menghajar ” sang ustad. Alangkah baiknya kalo beliau juga menjelaskan kalo sang ustad telah keliru bercerita, sambil memberi contoh kekeliruannya, dalam hal ini kisah  Abdurahman yang seharusnya di tawari istri kok jadinya beliau yang menawari istri?

Bukan malah menceritakan  sosok Abdurahman bin Auf sebagai   seorang yang paham agama yang enggak mungkin menceraikan istrinya agar dapat di nikahi sahabat Muhajirin

Semoga saja tulisan ini dapat di respon oleh pak Johan dengan baik.

Salam kompasiana.