Selasa, 17 Juli 2012

Manusia manusia ''Drum'' di Dubai


Tuhan cipta manusia dalam sebaik-baik bentuk, namun tidak sedikit manusia yang ”merubah” ciptaan itu dengan proses yang tidak kreatif, mungkin karena terbawa arus kemudahan,  saat ini teknologi telah membuat manusia menjadi males untuk bergerak hatta hanya bergerak dari tempat duduknya.

Dulu, ketika tivi belum ada remotenya, kita harus bergerak untuk mematikan tivi tapi saat ini, boro-boro bergerak menuju Tivi tangan kita langsung saja menuju remote dan dengan sekali pencet gambar-gambar yang tadinya bergerak dalam kotak yang bernama tivi lenyap sudah.

Belum lagi kebiasaan makan sambil nonton tivi, tidak ada lagi penghayatan akan rasa makanan, karena perhatian kita terpecah dan terbelah, mata menatap layar kaca sedang lidah sibuk mengunyah, sensasi makan macam apakah itu?

Dulu, orang-orang tua kita selalu makan bersama, dalam hening sebelum makan, hati-hati berdoa, bersyukur kepada yang kuasa atas segala nikmat dan karunia, tapi sekarang acara makan bukan lagi sebuah acara yang dapat menghangatkan rasa dalam dada setiap anggota keluarga.

Masing-masing sudah berpindah ruang makannya, ada yang makan di kamar sambil melototin acara di layar kaca, ada pula yang sibuk makan di sofa ruang tengah sambil matanya tak berkedip melihat Ronaldo mengocek bola ada juga anggota keluarga yang matanya terlihat sembab karena terharu melihat tokoh idolanya di zholimi dalam sebuah kisah sinetron ”kacangan” ala televisi.

Pola hidup yang mengutamakan gerak tidak lagi di sukai, kalo semua bisa di lakukan dalam diam mengapa harus bergerak? Akibatnya manusia-manusia sekarang berpotensi besar untuk menjadi manusia ”drum”, ya manusia yang ukurannya sebesar drum.

Asupan berlebih yang tidak di imbangi oleh gerakan jasmani akan membuat bodi menjadi ”Drum” atau kalo mau lebih ektrim lagi tong sampah, tidak ada nasib yang paling malang di dunia ini kecuali nasib tong sampah, semua barang tumpah ruah di sana.

Mulai dari celana dalam yang sudah berlobang, hingga kertas koran beraroma sambal, semuanya di tumpahkan ke dalam kotak sampah, karena sampah maka aromanya  bikin kita berkata,” Nauzubillah”…

Perut yang selalu di isi akan menjadi tong sampah, celakanya lagi tong sampah itu berada dekat sekali dengan kita, karenanya benar saja kata seorang bijak dari timur tengah, aku lupa kata-kata lengkapnya, intinya begini,” mengapa pula anda sombong, padahal anda berjalan-jalan dengan selalu membawa tinja( sampah), anda juga di cipta dari air yang hina” entahlah kalimat selanjutnya aku sudah lupa lagi. hihihi

Pemandangan manusia ”drum” akan dapat anda temukan dengan mudah di Dubai, sebuah kawasan yang berada di timur tengah, Dubai termasuk satu dari 7 Emirat yang biasa di sebut sebagai Uni Emirat Arab. Di kota ini manusia-manusia ”Drum” kebanyakan berasal dari kalangan lokal Arab walau pun ke sini kesini bodi para pendatang pun mengalami ”pembesaran” yang  sangat sulit untuk di kendalikan.

Iklan-iklan penurun berat badan bertebaran di berbagai media di Dubai bahkan GulfNews, sebuah koran paling berpengaruh di UEA pernah menurunkan rubrik khusus yang bercerita tentang perjuangan para manusia ”drum” kembali menjadi manusia normal, kalo aku mau sedikit mengunakan kalimat hiperbola beginilah kira-kira nama rubrik khusus itu ” Jihad melawan Obesitas”…bayangkan di sini orang berjihad melawan kegemukan sedang di belahan dunia yang lain orang-orang pada sekarat  kelaparan.

Inilah mengapa islam mengajarkan kepada kita pentingnya menjaga keseimbangan, semua yang terlalu itu tidak sehat, ” terlalu kurus jangan, terlalu gendut jangan, yang sedang-sedang saja” itu kata Veti vera…manusia-manusia ‘Drum” dalam kehidupannya akan mengalami ”horor” ini cerita yang sebenarnya yang aku dapatkan setelah membaca kolom jihad melawan obesitas.

Horor yang pertama adalah ketika mereka harus mencari pasangan, perempuan mana yang tidak ” trauma” jika di dekati manusia ”drum”? ok lah, masih ada perempuan yang rela di nikahi tapi persoalan tidak berhenti sampai di situ saja, coba bayangkan bagaimana nanti ketika mereka harus menjalani ritual ” suami Istri”, aduh mak, alangkah repotnya?

Horor yang kedua adalah masalah naik angkot, eh, enggaklah di Dubai kagak ada angkot, hihihi, horor kedua adalah masalah pandangan masyarakat kepada manusia gemuk, jangan berkelit lah, rata-rata kita mengangap orang gemuk adalah para pemalas kelas wahid.

Mengapa kita menganggap mereka malas? mungkin karena kelambanan daya gerak mereka, mereka lambat seperti siput lagi hamil, itulah mungkin yang menjadi penyebab utama, kita-kita menganggap para manusia ”drum” sebagai makhluk paling malas sedunia.

Benarkah anggapan itu?

Tidak semuanya benar, ada juga manusia-manusia gemuk yang rajin, walau tidak menutup kemungkinan mereka juga terjangkit penyakit MBMB( males bergerak males bergerak)

Kita bergerak menuju horor yang ketiga, masalah pakaian dan sepatu,  untuk urusan ini mereka harus pergi ke tukang jahit, karena ukuran-ukuran yang di jual di toko-toko kebanyakan tidak dapat menampung kapasitas badan mereka, dengan ukuran badan yang jumbo mereka dapat di masukan ke dalam kelas berat dalam pertandingan tinju.

Apakah pemerintah Dubai tidak cemas melihat fenomena ini?

Pemerintah Dubai bukan tidak tahu dan tidak peduli, mereka sudah melakukan banyak hal untuk membendung pertumbuhan manusia ”Drum”, berbagai seminar dan anjuran telah mereka lakukan di antaranya seminar bahaya Diabetes bagi manusia-manusia gemuk nan montok”

Ada juga upaya penyadaran ke sekolah-sekolah tentang bagaimana seharusnya pola hidup yang sehat, mereka juga mengkampanyekan untuk tidak mengkosumsi  makanan ‘’sampah”, namun segala upaya pemerintah itu seakan-akan tidak berbekas.

Setiap harinya jumlah manusia ”drum” semakin banyak, mereka dapat dengan mudah kita temukan, berjalan pelan sambil mengunyah mang ”Donal” sedangkan tangan kirinya memegang kaleng yang berlabel Bebsi Cola.

Bagaimana seharusnya sikap kita?

Ajaran Islam tidak melarang kita untuk makan enak, namun jangan berlebihan, bahkan nabi pernah berkata,” jangan makan sebelum lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang” mengisyaratkan betapa kenyang berlebihan itu tidak benar.

Kenyang juga membuat kita tidak peka, bukankah ajaran puasa dalam bulan Ramdhan bertujuan membuat kita menjadi insan yang bertaqwa? Perut kenyang di percayai dapat membuat birahi menjadi lapar, sebaliknya perut lapar membuat birahi menjadi terkapar.

kalo memang nafsu makan kita banyak imbangilah dengan olahraga, sekali lagi  tubuh ciptaan Tuhan ini harus kita jaga, tubuh adalah amanah Tuhan, sebagai manusia yang beragama seharusnya kita sadar betul mencederai amanah adalah DOSA.


Perhatikan Foto ini dengan Seksama. Dok Dian.



   

1 komentar:

  1. Betul li...90% gerak lamban pada umumnya dilakukan pada saat semua kapasitas dan daya tampung sudah membesar yang pada akhirnya akan membuat mati perlahan-lahan.
    Tidak hanya untuk seonggok tubuh manusia tetapi terjadi juga pada perusahaan, bisnis, pemerintahan dll..., butuh upaya yang luar biasa besar untuk menghindari hal tersebut di atas....

    Good share ...sobat
    Thank's

    BalasHapus