Membandingkan sholat jum’at di Arab dengan sholat jum’at di tanah air seperti membandingkan adik dan kakak, ada kesamaan tapi ada juga bedanya, apakah perbedaan itu termasuk hal hal yang prinsip, saya serahkan semuanya kepada pembaca? Perbedaan yang pertama adalah tentang bahasa yang di sampaikan sang Khotib, di tanah air rerata para khotib menggunakan bahasa Indonesia ketika khotbah walau pun ada beberapa khotib di tanah air yang berkhotbah full bahasa Arab tapi itu sangat jarang.
Perbedaan kedua adalah ”ritual” sebelum khotbah, di tanah air, biasanya sebelum khotbah di mulai akan ada pengurus masjid yang memberikan pengumuman, misalnya berapa uang kotak amal yang di dapatkan dari jum’at minggu lalu, serta pengumuman pengumuman yang lain, sedangkan sholat jum’at di Arab khususnya di Dubai tidak akan pernah ada pengurus masjid yang memberikan pengumuman, ini di sebabkan masjid masjid di Arab di urus oleh negara. ”tukang” Adzan dan imam masjid di gaji oleh pemerintah, nah, mereka berdua inilah yang bertanggung jawab akan keberadaan masjid. Tidak akan ada rapat rapat warga( DKM) seandainya ada ruangan masjid yang perlu di perbaiki, ”Tukang” adzan atau imam masjid tinggal telepon maka para tukang akan segera datang untuk memperbaiki ruangan tersebut, begitu juga dengan masalah kebersihan, mereka hanya mengawasi para pembersih ketika membersihkan masjid. Intinya masjid masjid di Arab tidak ada DKM( Dewan Kemakmuran masjid) nya.
Di tanah air imam masjid biasanya merangkap ketua DKM, beda lagi dengan di Arab, imam masjidnya di tunjuk langsung oleh pemerintah, sepanjang sang Imam masih kuat memimpin jamaah maka dia akan terus menjadi imam sholat terkecuali jika sedang sakit atau berhalangan lain, misalnya pergi atau lagi liburan maka ”tukang” adzan yang akan menggantikannya menjadi imam sholat. Perbedaan ketiga, berkaitan dengan rasa ” Bosen” Imam masjid deket kosan saya juga merangkap sebagai khotib Jum’at jadi dialah yang setiap jum’at menceramahi saya, tetangga, dan orang orang di sekitar masjid. Kebayang kan, hampir dua tahun lebih saya mendengarkan khotbah jum’at dari khotib yang sama?
Di atas telah saya tulis bahwa sholat jum’at di Dubai tidak di awali dengan pengumuman hasil kotak amal( kencleng) dari pengurus masjid, karenanya kita tidak akan menemukan kotak amal yang bergerak dari satu jamaah ke jamaah yang lain di masjid masjid Dubai. Malah kalo saya perhatiin kotak amal di Dubai biasanya mejengnya di mall mall, inilah perbedaan yang keempat.
Perbedaan yang ke lima, adalah di masalah air mineral , saya jarang melihat masjid masjid di tanah air yang ketika sholat jum’at menyediakan air mineral dalam kemasan botol, sedangkan di Dubai, kita akan menemukan kotak kotak air mineral ”terdampar” di depan pintu masjid. Kalo kita haus langsung aja ambil itu air hihihi, malah kalo bulan ramadhon bukan hanya air mineral yang di sediakan tapi juga buah buahan dan makanan. bagi kalangan pekerja bulan ramadhon di Dubai dapat menjadi bulan penghematan biaya makan dan minum.
Perbedaan selanjutnya adalah masalah tranportasi, walau pun jarak masjid dengan rumah orang orang Arab enggak terlalu jauh tetep saja mereka akan menggunakan mobil, dapat di maklumi kalo lagi musim panas, karena walau pun berjalan kakinya enggak jauh jauh banget terik matahari di percaya akan membuat lemes. Lucunya orang Arab, di musim dingin pun mereka tetep pake mobil, sehingga setiap jum’atan, jalan jalan deket masjid selalu penuh dengan mobil bahkan sampai ke tengah jalan, untunglah kosan saya di daerah pemukiman jadi tidak terlalu mengganggu pejalan umum.
Terakhir, tentang jamaahnya, di sini kita dapat menemukan tata cara sholat yang beraneka ragam, ada yang tidak bersedekap tangannya, jadi ketika usai takbir tangannya biasa aja, kayak orang berdiri aja, ada pula yang tanganya kagak bisa diem alias selalu bergerak, entah itu megangin idung, benerin rambut, ah, pokoknya bergerak terus tuh tangan. Selain beda dengan tata cara sholat para jamaah jum’at juga berbeda pakaiannya, orang Arab lokal udah jelas pake kondura( pakaian khas Arab) orang pakistan dengan pakaian khas pakistannya begitu juga dengan orang India. Bagaimana dengan saya pribadi? saya terkadang pake batik kadang juga pake kemeja biasa.
Yang paling mengesankan selama sholat jum’at di Dubai adalah saya tidak pernah satu kalipun kehilangan sendal jempit, beda banget dengan sholat di masjidil Harom di Makkah, saya sempat dua kali kehilangan sendal di masjdil harom, padahal sendalnya udah saya letakin deket banget dengan saya tapi tetep aja hilang.
Baru pulang Jum'atan......
Itulah beberapa perbedaan sholat jum’at di Arab khususnya di Dubai dengan sholat jum’at di tanah air, oya satu lagi, hampir lupa, di masjid masjid Dubai, orang yang sudah enggak kuat sholat berdiri dapat menggunakan kursi, so, enggak usah kaget di dalam masjid selalu ada beberapa buah kursi, biasanya di letakan deket pojokan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar