Nenek Tua Yang Perkasa...

Saya pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah Cafe di Bandung, Lokasi cafenya ada di simpang lima antara jalan Gatot Subroto dan jalan Sunda. Sekarang cafe itu sudah pindah ke daerah Sersan Bajuri. Setiap harinya saya masuk jam 6 sore kemudian pulang sekitar jam 2.30 pagi. Bukan sebuah pekerjaan yang mengasyikan tentunya.

Saya memilih kost di daerah pasar Kosambi, karena jaraknya enggak terlalu jauh dari tempat kerjaan selain itu harga sewa kostnya juga masih terjangkau kantong. Dengan berjalan kaki saya telusuri emperan emperan toko di sepanjang pasar kosambi.

Persis di depan pasar, saya melihat seorang nenek yang terkantuk kantuk menjaga dagangannya, dengan hanya di temani sebatang lilin nenek tua yang wajahnya sudah keriputan itu setia menunggu pelangganya. Kadang saya dan rekan menyempatkan diri untuk mampir sekedar mencoba beberapa buah bala bala ( makanan khas Bandung) kalo di Jakarta orang menyebutnya bakwan.

Saya enggak tahu sejak kapan nenek tua itu berdagang di depan pasar kosambi, yang jelas setiap saya pulang kerja nenek tua itu masih berdagang.  Saya teringat dengan sosok sepuh itu ketika nonton tayangan di tivi, kalo enggak salah acaranya catatan Olga.

Dalam sebuah episode, Olga membantu seorang ibu tua  yang berjualan gorengan di temani seorang anak kecil yang sepatunya hancur karena terlalu lama di pake…Miris banget melihat tayangan itu. Bagaimana mungkin sosok yang telah sepuh itu harus berjalan dari satu gang ke gang lainnya untuk berjualan gorengan yang hasilnya sangat sangatlah kecil.

Ketika olga bertanya, berapa sehari uang yang di dapat kepada sang ibu tua, dengan terisak isak ibu  tua itu menjawab,” kadang sehari cuma  dapat 16 ribu rupiah”…setelah itu saya menyaksikan bagaimana sang ibu berkata, kadang ia makan hanya dengan lauk gorengan yang dia jual.

Alangkah malanganya nasib ibu  tua itu, selanjutnya Olga mengajak mereka untuk membeli sepatu dan tas yang baru. Tampak sang anak sangat bergembira tetapi dia juga tidak dapat menyembunyikan raut sedihnya ketika berada di dalam mobil yang akan membawa mereka menuju rumah.

Apakah masih ada penderitaan keluarga ini? ternyata masih ada, sang ibu ternyata mempunyai seorang anak yang tidak dapat berkat kata. Di rumah yang mungil itulah sang anak itu berteriak teriak, Ya Tuhan, mengapa masih banyak di antara kita yang merasa menderita?

Padahal masih banyak orang orang yang jauh lebih menderita dari kita, terkadang kita hanya mengisi hari dengan berkeluh kesah, seakan akan kita tidak ridho dengan segala ketentuan Tuhan. Wahai sahabatku yang baik. Senang dan susah selalu di pergilirkan.

Dunia ini bukan neraka yang isinya hanya siksaan tetapi juga bukan sorga yang isinya hanya kenikmatan semata. Dunia adalah dunia, tempat kita hidup saat ini. Bagi anda yang selalu mengeluh, ada baiknya sekali kali anda berkunjung ke rumah sakit jiwa atau rumah sakit biasa.

Tataplah wajah wajah  pasien yang ada di sana, tengoklah wajah wajah yang sedang mengerang kesakitan karena terluka parah, hampirilah  orang orang yang sedang berjuang antara hidup dan mati di pembaringan mereka.

Sosok sosok miskin sebenarnya adalah ujian bagi kita, sejauh mana kita dapat berbagi, sejauh mana kita dapat meringankan  beban mereka, jika anda punya masalah dengan kerasnya hati. datangilah orang orang miskin beri mereka sesuatu yang dapat membuat mereka kembali tersenyum.

Setelah saya jadi TKI, saya belum pernah maen ke Kosambi lagi, semoga sang nenek tua itu sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau setidaknya sudah dapat beristirahat di rumah, mengisi hari hari tuanya dengan mengaji kitab suci.